Saturday, March 11, 2006

Tulisan


Untuk Mahasiswa Tanta


Prestasi lebih berharga daripada gengsi
Karya lebih berharga daripada gaya


Bulan Maret telah tiba. Pintu kuliah telah terbuka. Kitab Muqarrar telah terbit. Doktor pun sudah sibuk memberi Muhadharah untuk mahasiswa “beneran”. Ada pertanyaan yang semestinya ditujukan kepada diri kita sendiri. Adakah kita sudah siap mengisi termin 2 ini dengan belajar? Adakah kita sudah mulai berkemas untuk rajin ke kuliah? Adakah (bagi mahasiswa tingkat 1) sudah aktif mengikuti bimbingan belajar? Jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut kembali kepada diri masing-masing.
Sewaktu kita berada di Indonesia, semasa hendak pergi ke al-Azhar, tentunya banyak sekali harapan dan cita-cita yang kita gantungkan. Ada sebagian yang motivasinya ke al-Azhar adalah ingin belajar dengan maksimal. Ada yang ingin mendalami Fiqh, al-Qur’an, Hadits serta ilmu-ilmu agama yang lain. Ada yang ingin menghapalkan al-Qur’an. Ada yang ingin mengaji langsung ‘Talaqqi’ dengan Syekh-Syekh di Mesir. Jika diprosentasekan, tentunya 95 % mahasiswa yang ke Mesir tujuannya adalah belajar. Sisanya yang 5 % ada yang karena didorong (baca : dipaksa) orang tua, ingin ngelencer (bertamasya) atau yang lainnya. Intinya mayoritas ingin belajar menuntut ilmu agama.
Namun sesampainya mereka di Mesir, setelah menghirup angin surga di bumi seribu menara. Setelah terlelap oleh bisikan-bisikan sihir Fir’aun. Segalanya berubah dan berbalik arah. Dari sekian ribu mahasiswa Indonesia, berapa persen yang concern terhadap kuliah? Berapa banyak yang ikut Talaqqi bersama Syekh? Pasti jawabannya adalah, 50 % lebih kurang atau tidak lagi memperhatikan kuliah atau belajar. Ironisnya al-Azhar sudah dianggap sebagai UT (Universitas Terbuka) yang hanya dikunjungi untuk mengikuti ujian ataupun karena ada urusan administratif saja. 
Inilah permasalahan besar yang dihadapi oleh mayoritas mahasiswa Indonesia. Lantas apa yang bisa kita perbuat untuk keluar dari keadaan yang memprihatinkan ini? Tentu jawabannya adalah memacu semangat untuk belajar. Sedangkan yang paling urgent adalah dengan mengadakan “Gerakan Kembali ke Kuliah”. Memang sulit untuk mewajibkan mahasiswa untuk mengikuti perkuliahan. Akan tetapi hal itu harus dicoba meskipun sedikit demi sedikit. Pepatah Arab mengatakan, ما لا يدرك كله لا يترك جله “Segala sesuatu yang tidak bisa dicapai seluruhnya, jangan sampai ditingkalkan seluruhnya.”
Untuk merealisasikan hal itu, penulis mencoba untuk membuat jadual piket wajib kuliah bagi mahasiswa Ushuluddin tingkat 1. Dengan adanya jadual ini, minimal masing-masing mengikuti perkuliahan dua kali selama seminggu. Adapun manfaat yang diperoleh ternyata banyak sekali. Pertama: Belajar mendengarkan kuliah yang diberikan Doktor, sehingga dalam waktu setahun Insya Allah sudah bisa menerima pelajaran yang disampaikan oleh Doktor dengan baik. Kedua: Seandainya ada hal-hal penting yang akan keluar pada ujian nanti, sudah bisa diketahui sebelumnya, sehingga ada prsiapan. Ketiga: memupuk rasa kebersamaan dan tanggung jawab di antara sesama. Selain itu masih banyak manfaat yang lain. Misalnya, lebih PD ketika untuk masuk kuliah, dsb. Oleh karenanya, penulis berharap jadual ini bisa diterapkan dengan baik dan bisa ditiru oleh mahasiswa jurusan yang lain.
Menutup tulisan ini, penulis ingin menyampaikan sebuah kisah nyata. Semoga bisa dijadikan teladan bagi kita semua, khususnya bagi diri penulis sendiri. Kemarin tanggal 6 Maret, di Universitas al-Azhar ada seorang mahasiswa Indonesia yang munaqashah risalah Doktor. Hasilnya adalah sangat luar biasa, beliau mendapat predikat tertinggi yaitu Mumtaz bi Martabat asy-Syaraf ‘Ula Ma’a at-Taushiyah bi at-Tahb’I ‘Ala Nafaqat al-Azhar wa at-Tabaddul Baina al-Jami’at. (Summa Cumlaude serta risalahnya dicetak olh al-Azhar dan disbarkan di seluruh Universitas). Beliau adalah DR Mukhlis Hanafi,Lc.MA yang selama ini menjabat Mustasyar PCI-NU Mesir. Ini adalah sebuah prestasi yang luar biasa dan patut dibanggakan. Adalah lebih terhormat mmiliki prestasi daripada harus memelihara gengsi untuk belajar dan berangkat ke kuliah. Bagaimana menurut pendapat Anda?!
والله أعلم بالصواب